Saudaraku, sesungguhnya kelegaan hati, ketentraman dan kegembiraannya serta hilangnya kesedihan dan kesusahannya merupakan perkara penting yang dicari setiap manusia. Dengan semua itu terwujudlah kehidupan yang baik dan kebahagiaan menjadi sempurna.
Harta berlimpah, anak banyak, rumah dan taman yang indah, dan berbagai kenikmatan dunia lainnya tidaklah akan bermanfaat bagi seseorang jika hatinya penuh dengan kekacauan, kegelisahan dan kesedihan. Betapa banyak, orang yang dipandang mapan ekonominya, cantik istrinya dan memiliki banyak fasilitas dunia,
malah tidak merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hatinya. Akhirnya untuk menghilangkan kegersangan jiwanya, ia pun mencarinya dengan cara-cara yang dipandang baik oleh dirinya.
Ada yang mencarinya di diskotik-diskotik dan tempat karaoke. Ada yang mencarinya dengan mengkonsumsi obat penenang secara rutin. Ada yang dengan cara mengkonsumsi narkoba dan sex bebas. Ada pula yang rajin berkonsultasi kepada para dukun dan paranormal. Dan berbagai cara lainnya demi tercapainya hakekat ketenangan dan kebahagiaan hati. Namun semua itu tidaklah bisa menghilangkan rasa dahaga hatinya. Akhirnya banyak di antara mereka yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Sebaliknya, sulitnya mencari pekerjaan, sakit yang menimpa, tidak mempunyai anak dan berbagai kesempitan dunia lainnya tidaklah akan membahayakan agama dan kehormatannya jika Alloh Subhaanahu wa Ta’aala memenuhi hatinya dengan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan. Betapa sering kita saksikan, seorang muslim yang hidupnya penuh dengan kesulitan dan kesempitan dunia namun ia tetap tersenyum, selalu bersemangat dan air mukanya jauh dari kesan sebagai orang susah. Apalagi jika ia termasuk orang yang selalu mengatasi kesusahannya bukan dengan cara mengemis-ngemis dan bergantung dengan belas kasih orang yang melihatnya. Maka makin sempurnalah kebahagiaan yang ada pada dirinya.
Lalu, bagaimana caranya agar ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan sejati dapat kita rasakan?
Saudaraku, jika kita mau memperhatikan Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam, niscaya kita akan mendapatkan jawabannya yang sempurna mengenai pertanyaan tersebut. Di antaranya sebagai berikut ;
Pertama, beriman dan beramal sholih.
Inilah sebab paling agung yang harus dipenuhi oleh mereka yang menghendaki keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat yang sesungguhnya. Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( QS. An Nahl ; 16 ; 97 )
Kedua, menjadikan aktifitas kehidupan di dunia sebagai bekal untuk keselamatan akhirat.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
...مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ اللَّهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“…Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat ( yakni mencari ridho Alloh dan surga-Nya, pen ) niscaya Alloh akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa yang niyatnya untuk mencari dunia, Alloh akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya ( tidak pernah merasa cukup dan meremehkan ni’mat Alloh, pen ) dan tidaklah ia mendapatkan dunia melainkan apa yang telah ditetapkan baginya.” ( HSR. Ahmad, ad-Darimi dan lafazh ini milik Ahmad. Lihat Silsilah Ahaaditsish Shohihah karya Syaikh al-Albani rohimahulloh no. 404 )
Ketiga, banyak mengingat Alloh ( dzikrulloh ) Subhaanahu wa Ta’ala.
Alloh berfirman :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar Ra’d ; 13 : 28 )
Keempat, bersyukur ketika mendapatkan ni’mat dan bersabar ketika mendapat musibah.
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ».
Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sungguh mengagumkan perkara orang mu'min itu, sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidaklah dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Jika ia mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka jadilah itu sebagai kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar maka jadilah kesabaran itu sebagai kebaikan baginya." ( HSR. Muslim )
Kelima,melihat kondisi orang yang lebih susah dari kita.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ »
Dari Abu Huroiroh z dia mengatakan ; Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang ada di atas kalian. Yang demikian lebih patut bagi kamu untuk tidak meremehkan nikmat Alloh atas kamu.” ( HSR. Muslim )
Keenam, mendapat pasangan dan keturunan yang sholih.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Robb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. ( QS. Al furqon ; 25 : 74 )
Ketujuh, menjauhi sumber-sumber fitnah.
عَنِ الْمِقْدَادِ بْنِ الأَسْوَدِ قَالَ ايْمُ اللَّهِ لَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ وَلَمَنِ ابْتُلِىَ فَصَبَرَ فَوَاهًا ».
Dari al-Miqdad bin al-Aswad rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : “Demi Alloh, sungguh aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, “Orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, “Orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, dan orang yang diuji lalu ia benar-benar bersabar.” ( HR. Abu Dawud no. 4263 dan dishohihkan syaikh al-Albani rohimahulloh dalam Shohihut Targhieb wat Tarhieb 2743 )
Kedelapan, berdo’a kepada Alloh agar mengilangkan kesedihan dari hatinya.
Saudaraku, banyak do’a dan dzikir yang dianjurkan dan dicontohkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika mengalami kesedihan, kesusahan dan kegundahan. Di antaranya :
Dari Abdulloh rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : Telah bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam : "Tidaklah seseorang pun ditimpa kesusahan dan kesedihan lalu berdo'a :
اللَّهُمَّ إِنِّى عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِى بِيَدِكَ مَاضٍ فِىَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِىَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِى وَنُورَ صَدْرِى وَجَلاَءَ حُزْنِى وَذَهَابَ هَمِّى.
“Ya Alloh! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, ketetapan-Mu adil kepada diriku. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghoib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelipur kesedihanku dan dan pelenyap kesusahanku.”
Melainkan Alloh Ta’aala akan menghilangkan kesedihan dan kesusahannya, serta menggantikannya dengan kegembiraan. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya, 'Ya Rosululloh tidakkah kita mempelajarinya?' Maka beliau bersabda : "Bahkan seharusnya orang yang telah mendengarnya supaya mempelajarinya." ( HR. Ahmad di shohihkan oleh Syaikh al-Albani rohimahulloh dalam ash-Shohihah no. 199 )
Kesembilan, mendapatkan syafa’at dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلَنِى عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ »
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata ; Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Ya Rosululloh, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu di hari kiamat kelak?’ Beliau berkata : “Sungguh aku telah menduga-wahai Abu Horoiroh-, tidak ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang hadits ini kecuali engkau. Di mana aku telah melihat kesungguhanmu dalam hadits. Manusia yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat kelak adalah orang yang menyatakan Laa ilaaha illalloh karena ikhlas dari hatinya atau dirinya.” ( HSR. Bukhori )
Kesepuluh, zuhud dengan dunia dan merasa cukup dengan pemberian Alloh Subhaanahu wa Ta’aala ( qona’ah )
Saudaraku, demikian di antara jalan menggapai ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan sejati. Masih banyak yang belum tersebut di sini. Walau demikian, semoga yang singkat ini tetap banyak manfaatnya. Dan pada akhirnya semoga Alloh Subhaanahu wa Ta’aala menjadikan kita semua sebagai hamba-hambaNya yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak. Aamien.
Ya Alloh..kami memohon dengan nama-namaMu yang Maha Indah dan sifat-sifatMu yang Maha Mulia agar Engkau jadikan kami termasuk orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat kelak..Bimbinglah kami kepada ucapan dan amalan yang Engkau cintai dan ridhoi..Mudahkanlah segala urusan kami dan wafatkanlah kami di atas amal sholih yang akan membahagiakan kami di alam kubur dan hari penghisaban kelak. Aamien..aamien..aamien
Ditulis kembali oleh seorang hamba yang sangat membutuhkan rahmat dan ampunan Alloh
di Bumi Alloh, 21 Romadhon 1431 H / 31 Agustus 2010
-Dedy Junaedy-
Harta berlimpah, anak banyak, rumah dan taman yang indah, dan berbagai kenikmatan dunia lainnya tidaklah akan bermanfaat bagi seseorang jika hatinya penuh dengan kekacauan, kegelisahan dan kesedihan. Betapa banyak, orang yang dipandang mapan ekonominya, cantik istrinya dan memiliki banyak fasilitas dunia,
malah tidak merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hatinya. Akhirnya untuk menghilangkan kegersangan jiwanya, ia pun mencarinya dengan cara-cara yang dipandang baik oleh dirinya.
Ada yang mencarinya di diskotik-diskotik dan tempat karaoke. Ada yang mencarinya dengan mengkonsumsi obat penenang secara rutin. Ada yang dengan cara mengkonsumsi narkoba dan sex bebas. Ada pula yang rajin berkonsultasi kepada para dukun dan paranormal. Dan berbagai cara lainnya demi tercapainya hakekat ketenangan dan kebahagiaan hati. Namun semua itu tidaklah bisa menghilangkan rasa dahaga hatinya. Akhirnya banyak di antara mereka yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Sebaliknya, sulitnya mencari pekerjaan, sakit yang menimpa, tidak mempunyai anak dan berbagai kesempitan dunia lainnya tidaklah akan membahayakan agama dan kehormatannya jika Alloh Subhaanahu wa Ta’aala memenuhi hatinya dengan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan. Betapa sering kita saksikan, seorang muslim yang hidupnya penuh dengan kesulitan dan kesempitan dunia namun ia tetap tersenyum, selalu bersemangat dan air mukanya jauh dari kesan sebagai orang susah. Apalagi jika ia termasuk orang yang selalu mengatasi kesusahannya bukan dengan cara mengemis-ngemis dan bergantung dengan belas kasih orang yang melihatnya. Maka makin sempurnalah kebahagiaan yang ada pada dirinya.
Lalu, bagaimana caranya agar ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan sejati dapat kita rasakan?
Saudaraku, jika kita mau memperhatikan Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam, niscaya kita akan mendapatkan jawabannya yang sempurna mengenai pertanyaan tersebut. Di antaranya sebagai berikut ;
Pertama, beriman dan beramal sholih.
Inilah sebab paling agung yang harus dipenuhi oleh mereka yang menghendaki keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat yang sesungguhnya. Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( QS. An Nahl ; 16 ; 97 )
Kedua, menjadikan aktifitas kehidupan di dunia sebagai bekal untuk keselamatan akhirat.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
...مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ جَمَعَ اللَّهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“…Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat ( yakni mencari ridho Alloh dan surga-Nya, pen ) niscaya Alloh akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa yang niyatnya untuk mencari dunia, Alloh akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya ( tidak pernah merasa cukup dan meremehkan ni’mat Alloh, pen ) dan tidaklah ia mendapatkan dunia melainkan apa yang telah ditetapkan baginya.” ( HSR. Ahmad, ad-Darimi dan lafazh ini milik Ahmad. Lihat Silsilah Ahaaditsish Shohihah karya Syaikh al-Albani rohimahulloh no. 404 )
Ketiga, banyak mengingat Alloh ( dzikrulloh ) Subhaanahu wa Ta’ala.
Alloh berfirman :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.” ( QS. Ar Ra’d ; 13 : 28 )
Keempat, bersyukur ketika mendapatkan ni’mat dan bersabar ketika mendapat musibah.
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ».
Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sungguh mengagumkan perkara orang mu'min itu, sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidaklah dimiliki kecuali oleh orang yang beriman. Jika ia mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka jadilah itu sebagai kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar maka jadilah kesabaran itu sebagai kebaikan baginya." ( HSR. Muslim )
Kelima,melihat kondisi orang yang lebih susah dari kita.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ »
Dari Abu Huroiroh z dia mengatakan ; Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang ada di atas kalian. Yang demikian lebih patut bagi kamu untuk tidak meremehkan nikmat Alloh atas kamu.” ( HSR. Muslim )
Keenam, mendapat pasangan dan keturunan yang sholih.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Robb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. ( QS. Al furqon ; 25 : 74 )
Ketujuh, menjauhi sumber-sumber fitnah.
عَنِ الْمِقْدَادِ بْنِ الأَسْوَدِ قَالَ ايْمُ اللَّهِ لَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ وَلَمَنِ ابْتُلِىَ فَصَبَرَ فَوَاهًا ».
Dari al-Miqdad bin al-Aswad rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : “Demi Alloh, sungguh aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, “Orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, “Orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, dan orang yang diuji lalu ia benar-benar bersabar.” ( HR. Abu Dawud no. 4263 dan dishohihkan syaikh al-Albani rohimahulloh dalam Shohihut Targhieb wat Tarhieb 2743 )
Kedelapan, berdo’a kepada Alloh agar mengilangkan kesedihan dari hatinya.
Saudaraku, banyak do’a dan dzikir yang dianjurkan dan dicontohkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika mengalami kesedihan, kesusahan dan kegundahan. Di antaranya :
Dari Abdulloh rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : Telah bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam : "Tidaklah seseorang pun ditimpa kesusahan dan kesedihan lalu berdo'a :
اللَّهُمَّ إِنِّى عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِى بِيَدِكَ مَاضٍ فِىَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِىَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِى وَنُورَ صَدْرِى وَجَلاَءَ حُزْنِى وَذَهَابَ هَمِّى.
“Ya Alloh! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, ketetapan-Mu adil kepada diriku. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghoib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelipur kesedihanku dan dan pelenyap kesusahanku.”
Melainkan Alloh Ta’aala akan menghilangkan kesedihan dan kesusahannya, serta menggantikannya dengan kegembiraan. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya, 'Ya Rosululloh tidakkah kita mempelajarinya?' Maka beliau bersabda : "Bahkan seharusnya orang yang telah mendengarnya supaya mempelajarinya." ( HR. Ahmad di shohihkan oleh Syaikh al-Albani rohimahulloh dalam ash-Shohihah no. 199 )
Kesembilan, mendapatkan syafa’at dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلَنِى عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ »
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata ; Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Ya Rosululloh, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu di hari kiamat kelak?’ Beliau berkata : “Sungguh aku telah menduga-wahai Abu Horoiroh-, tidak ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang hadits ini kecuali engkau. Di mana aku telah melihat kesungguhanmu dalam hadits. Manusia yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari kiamat kelak adalah orang yang menyatakan Laa ilaaha illalloh karena ikhlas dari hatinya atau dirinya.” ( HSR. Bukhori )
Kesepuluh, zuhud dengan dunia dan merasa cukup dengan pemberian Alloh Subhaanahu wa Ta’aala ( qona’ah )
Saudaraku, demikian di antara jalan menggapai ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan sejati. Masih banyak yang belum tersebut di sini. Walau demikian, semoga yang singkat ini tetap banyak manfaatnya. Dan pada akhirnya semoga Alloh Subhaanahu wa Ta’aala menjadikan kita semua sebagai hamba-hambaNya yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak. Aamien.
Ya Alloh..kami memohon dengan nama-namaMu yang Maha Indah dan sifat-sifatMu yang Maha Mulia agar Engkau jadikan kami termasuk orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat kelak..Bimbinglah kami kepada ucapan dan amalan yang Engkau cintai dan ridhoi..Mudahkanlah segala urusan kami dan wafatkanlah kami di atas amal sholih yang akan membahagiakan kami di alam kubur dan hari penghisaban kelak. Aamien..aamien..aamien
Ditulis kembali oleh seorang hamba yang sangat membutuhkan rahmat dan ampunan Alloh
di Bumi Alloh, 21 Romadhon 1431 H / 31 Agustus 2010
-Dedy Junaedy-